Selasa, 29 September 2015

WANITA MUSLIMAH DAN KEWAJIBANNYA TERHADAP TETANGGA



Sebagai unit masyarakat terdekat dengan kita, tetangga mendapatkan posisi yang tinggi dalam agama Islam. Allah azza wa jalla berfirman:
“Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.Dan, berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya kalian…”
(QS. An-Nisaa’:36)

Nah, yang dimaksud tetangga dekat disini adalah tetangga yang masih memiliki hubungan nasab (darah) atau ikatan agama dengan kita. Sedangkan tetangga yang jauh adalah yang tidak ada hubungan darah maupun agama dengan kita. Lalu, maksud teman sejawat disini adalah teman dalam hal kebaikan (mudah-mudahan Allah selalu memberikan kita teman-teman yang selalu mengingatkan kepada kebaikan dan menegakkan kebenaran..aamiin ya rabbal ‘alamiin). Ada banyak sekali hadits tentang hubungan bertetangga, salah satunya
“Senantiasa Jibril berpesan kepadaku tentang hidup bertetangga, sampai aku menyangka bahwa dia (tetangga) akan mewarisinya.”
(Muttafaqun Alaih)

Kemudian dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, juga disebutkan:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia tidak menyakiti tetangganya.”

Ukhti muslimah yang saya cintai karena Allah…mudah-muudahan kita menjadi wanita muslimah yang senantiasa membuka dirinya terhadap hidayah Allah, memiliki hati yang lembut, pemurah, berperangai halus dan mencintai tetangganya serta memiliki kepekaan perasaan terhadap tetangganya. Sangat penting bagi kita untuk peka terhada hal yang dapat menyakiti perasaan maupun merusak kehormatan mereka. Cintailah kebaikan bagi tetangga kalian sebagaimana mencintai diri sendiri.

Rasulullah  bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, bahwasanya dalam berbuat baik kepada tetangga, utamakanlah yang lebih dekat terlebih dahulu sebagai wujud bahwa kita sangat memelihara perasaan tetangga kita, karena biasanya tetangga yang dekat memiliki hubungan, muamalah serta kekerabatan yang lebih kental.

Lalu, bagaimana halnya dengan tetangga yang jahat? Mereka akan hidup sengsara, kesulitan dan dijauhkan dari nikmat iman; dimana iman adalah nikmat terbesar yang diberikan Allah pada manusia. Rasulullah telah bersumpah dalam hal ini dengan nama Allah sebanyak tiga kali.
“Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. ‘Ditanyakan kepadanya, “Siapakah dia itu ya Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Yaitu, orang-orang yang tetangganya tidak merasa aman atas kejahatannya.”
(Muttafaqun Alaih)


Wanita muslimah hendaklah bersabar dengan perlakuan tetangga yang menyakitkan dan menghadapi perlakuan tersebut dengan cara yang baik. Semoga kelak menjadi teladan pula hendaknya bagi tetangga lainnya. Mudah-mudahan kita dapat menjadi tetangga yang baik dan senantiasa dalam lindungan Allah…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar