Jumat, 28 Juni 2013

Bahaya Pandangan Materialistis dan Hedonisme terhadap Umat Muslim

Pandangan materialistis saat ini telah banyak menerpa kehidupan manusia, terutama umat muslim. Yaitu mengedepankan cara pandang tentang kehidupan yang hanya terbatas pada usaha untuk mendapatkan kenikmatan sesaat di dunia fana ini, sehingga aktifitas hidup yang dijalankan hanya berkisar pada masalah bagaimana bisa menciptakan lapangan pekerjaan, mengembangkan ekonomi, membangun rumah dan gedung, memenuhi kepuasan hidup dan hal-hal lain yang bersifat duniawi, tanpa memikirkan akibat dan sikap yang seharusnya dilakukan. Seolah menganggap, bahwa kebahagiaan hidup hanya bisa diraih dengan harta. Alhasil, pandangan materialistis ini mengusik keharmonisan dan ketenangan rumah tangga seorang muslim. Melalaikan tujuan inti penciptaannya, penghambaan diri kepada Allah semata dalam setiap aspek kehidupannya. Sebagai efeknya, tak jarang wanita juga ikut bekerja membanting tulang, mengerahkan segala cara untuk mendapatkan harta yang banyak. Dalam benaknya, yang berkembang hanya bagaimana bisa menguasai dunia dengan harta berlimpah, seolah kebahagiaan dan ketenangan bergantung dengan harta, sebagaimana dalam firman Allah berikut ini :

وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ

Artinya:

Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.

[QS. Asy - Syura : 27]


Selain pandangan materialistis, banyak remaja umat Islam yang mengalami penyakit hedonisme. Gemar berhura-hura demi kenikmatan dunia yang sesungguhnya bersifat sesaat. Tidak memikirkan lagi mana yang haram dan mana yang halal. Materialistis dan hedonisme memang merupakan rekanan, setali tiga uang istilahnya. Mengumpulkan kekayaan duniawi demi kepuasan serta prestise yang tentu saja hal ini tidak ada apa-apanya dibandingkan kebahagiaan jannah yang telah dijanjikan oleh Allah. Kesempitan dalam rizki bukanlah suatu kehinaan, dan kelapangan dalam rizki bukanlah suatu keutamaan. Segala apa pun yang diperbuat Allah akan selalu dalam bingkai “maslahat”, meskipun itu bukan suatu keharusan bagi Nya. Allah maha tahu atas apa yang terbaik dan yang dibutuhkan hambanya. Seorang mukmin dianugerahi kelapangan rizki, karena Allah tahu bahwa itu yang terbaik untuknya. Andai saja ia diberi kesulitan dalam hal rizki, mungkin justru ia akan berbuat kerusakan. Dan seorang mu’min dianugerahi kesempitan dalam rizki, karena Allah pun tahu bahwa itu yang terbaik untuknya. Andai saja ia diberi kelapangan rizki, mungkin justru ia akan berbuat kerusakan. Menyesatkan dirinya sendiri dan melalaikan tugasnya sebagai hamba Allah.


Segala bentuk keindahan di dunia janganlah dijadikan sebagai tujuan utama kita. Jangan sampai kita terjangkit penyakit wahn, yakni kelemahan umat Islam cinta kepada dunia dan takut kepada kematian. 



عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم -  يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَىعَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا . فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِى قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ . فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهَنُ قَالَ  حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ


Artinya :
Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat, pen) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata,”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata, ”Cinta dunia dan takut mati.” 
[HR. Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5: 278, shahih kata Syaikh Al Albani. Lihat penjelasan hadits ini dalam ‘Aunul Ma’bud]


Gaya hidup seorang muslim tentu harus didasari oleh Al Qur’an dan Sunah, dan menjauhi pedoman, tujuan serta dasar hidup yang lebih mengutamakan kebendawian (pragmatis). Perubahan zaman yang semakin pesat dan mengikuti pola perkembangan sosial yang ada, orientasi kehidupan kaum muslimin semakin hari semakin jauh dari tuntunan Islam. Hal ini karena masyarakat khususnya kaum muslimin tak mengerti dan faham akan definisi dan makna gaya hidup. Ingatlah selalu bahwa dunia merupakan tempat singgah, bercocok tanam. Kita tidak akan menetap lama di dunia ini. Akhirat merupakan tujuan pasti. Gunakan dunia sebagai sarana perbekalan untuk di akhirat kelak.

Sumber:
Rahasia Allah atas si Kaya dan si Miskin (Tafsir QS. Asy-Syura 19-28)
http://lbm.lirboyo.net/rahasia-allah-atas-si-kaya-dan-si-miskin-tafsir-qs-asy-syura-19-28/
Dr. Amir Mahmud al-Maruf: Gaya Hidup Muslim Jauh Dari Tuntunan Islami
http://www.voa-islam.com/news/upclose/2013/03/20/23656/dr-amir-mahmud-almaruf-gaya-hidup-muslim-jauh-dari-tuntunan-islami/

Video Ceramah Singkat: Dunia Hanya Sementara - Ustadz Abuz Zubair Hawaary, Lc. - Yufid.TV http://www.youtube.com/watch?v=ldh5QcBMACU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar